Sayang… bulan tak nampak
Di sini hanya mendung awan
Yang berkaca di atas langit yang hitam
Sayang… begitu sepi petang ini
Tak ada suara-suara, tak ada cahaya
Dalam kamar gelap ku sendiri menekuri
Tentang kita , yang berjumpa lalu berpisah..
Sayang… hujan telah turun di sini
Membasuhi separuh petang yang mulai habis
Di tepian heningnya malam, aku meringis
Sayang… mabʋk cinta itu begitu indah dan bersinar; seperti cahaya di langit siang
Namun mengapa, dalam terangnya, mataku seakan buta oleh silaunya
Yang membunuh, gelap penglihatan ini..
Dengar dunia.., aku masih memimpin harapan ini
Pada kubangan hari yang menjerembabkan tubuh jiwa ini
Pada getirnya kehidupan asmara
Dengar wahai alam semesta
Aku masih menyemangati hasrat ini yang bertumbuh di hati
Dengan keadaan lelah dan tertatih
Sayang… dengarkah, harapan yang ku lantunkan bersama deraian hujan
Aku masih menyimpan butiran-butiran rasa itu pada kehidupan
Asmara ku yang pernah terkoyak
Di ujung jalan buntu, nafasku tersedak
-harapan itu selalu ada, walau merasa begitu teraniaya-
‘Seperti matahari yang tertutup gerhana, ia akan kembali dengan cahaya